vendredi 15 juin 2007

lingkaran itu...............

hari ini, sudah lebih dari seminggu terakhir sudah aku pulang malem, tanpa rasa capek. entah kenapa, meski kebanyakan kerjaan yang menyita waktuku belakangan ini adalah sangat luar biasa rèmèhnya, tidak membuat kekesalanku memuncak. hanya dalam hati dan pikiran, rasanya sulit untuk dipaksakan bahwa kerjaan kali ini menyenangkan. mengingkari hati nurani, kataku!

ibarat lingkaran, dari titik ke titik penyambungnya sangat erat terkait, dan sulit melepaskan diri dari jalinannya. dari ketidakberesan fisik, administrasi, sampai segala titik terkecil sekalipun, tak terbayang dari mana memulai perbaikannya. awalnya, semoga sampai nantinya, secara acak saja aku mulai menatanya. dari fisik dan administrasi, karena keduanya sangat menentukan jalan keluar dari keruwetan ini. tapi hari ke hari, tampak semakin jelas mata rantai yang harus dibenahi. yaaa, aku sadar dari dulu harus membenahi, namun waktu yang sangat sempit dan deadline yang selalu mendesak, mengurungkanku untuk membenahi mata rantai yang paling sensitif, penegasan uraian tugas. karena itu akan sangat menentukan perasaan orang yang sudah matang pengalaman, dan biasa mendapat penghargaan. Yaaa, aku hanya berpikir, bagaimana cara menyampaikannya dengan tegas dan jelas.

Sementara itu, aku juga merasakan beratnya teman yang selama ini menjadi andalan. yaaa berat uraian tugas, yaaa berat karena usia. sampai-sampai dalam beberapa kali kesempatan, aku bisa merasa kelelahannya mengikuti pola kerjaku. tiba-tiba aku merasakan kebenaran ucapan "seseorang" yang mengatakan bahwa aku terlalu demanding. am I? bisa saja aku mengurangi sifatku itu, dengan konsekuensi harus benar-benar belajar menyelesaikan sendiri segalanya. tapi itu bukan pembenahan sistem, kataku!

tiba-tiba saja pertanyaan sang raja lewat "surat sakti" yang mempertanyakan 2 contoh copy kerjaan yang harusnya sudah selesai, memaksaku untuk menyampaikan apa yang terjadi. kasihan saja, khawatir senin bosku harus menghadapi semprotan tak berkesudahan yang membuat hilang selera makan siang. padahal bosku pun tak tahu pula surat sakti itu.

dasar nasib kali yaaa, atau memang sudah tabiat bos 2, tiap menyampaikan permasalahan, bukannya dikasih solusi, eh malah nambah2 kerjaan. apalagi pidatonya yg berbusa-busa disertai petuah-petuah tambahan instruksi. ketika bos 2 mempertanyakan ini-itu yg seolah tahu segala permasalahan, tiba-tiba muncul pikiran untuk langsung pamit: ya sudahlah pak, saya mau kerja dulu, sambil ngeloyor pergi. untung aku sadar ada teman-teman lain di ruangan itu.

besok pagi dan lusa, terpaksa aku harus ngantor, untuk meneruskan kembali membenahi "lingkaran setan" yang tak berkesudahan itu.

vendredi 1 juin 2007

sang bijak

kehampaan itu kembali datang,
kosong hati bukan semata pikiran,
bukan semata "merasa" ditinggalkan,
namun benar-benar ditinggalkan.

mungkin untuk sementara, kataku,
karena waktu akan mempertemukanku dengannya kembali,
aaah, kalau yang ini pasti hanya angan-angan,
karena aku yakin dan sadar,
bahwa Tuhan menghadirkan "dia" dalam hidupku untuk kontrak sementara di Paris,

hm, aku sering berpikir,
di manapun aku berada,
alangkah seringnya aku ditinggalkan,
dan sekali lagi, bukan "merasa" ditinggalkan!
kadang terpikir, kenapa bukan aku saja yang terlebih dahulu meninggalkan mereka?!!
kadang terpikir, apakah seberat ini rasanya ketika mereka "meninggalkanku"?

memang, kepergian itu hanya jarak dan raga semata,
namun, berkali-kali aku alami,
bahwa kedekatan jiwa itu akan berbeda maknanya ketika raga dan jarak hadir di tengahnya,
mungkin, karena waktu turut memberi makna,
hingga kedekatan jiwa itu ada batasnya,
yaaa, jika tidak ada batasnya, maka kedekatan jiwa itu akan berbeda,
aku sadar, dan sering menyadari,
bahwa sang waktu sering menyadarkan kita akan kepedihan,
namun sang waktu jualah yang sering mengajarkan kepada kita akan kebijaksanaan,

anganku kembali ke masa awal dari kedekatan itu,
yaaa, semua berawal dari obrolan dan mungkin chemistry persahabatan,
atau mungkin karena "keasingan" dan "ketidaknyamanan" kami selama di Paris?!!
tanpa sadar kami sering sejalan sepikiran,

malam itu, menjelang kepulangannya,
baru aku rasakan kepedihannya,
sungguh aku berpura-pura tidak mengetahui itu,
bahkan seolah tidak pula menyaksikan sembab matanya,

yaaa, aku sadar bahwa rasa dan ikatan itu,
suatu ketika akan berbeda,
karena Tuhan menghadirkan sang bijak kepada kita,
agar kita dapat merasakan keagungan karunianya,
dan limpahan rahmatnya kepada kita,

yaaa, karena tanpa kepergian, kita tak akan pernah merasakan arti kehadiran,
tanpa kepedihan pun kita tak akan pernah merasa kebahagiaan,
Tuhan, bimbinglah aku untuk memaknai segala anugerahmu, bahwa semua itu adalah bagian dari kasih sayang-Mu kepadaku*


Paris, 1 Juni 2007